5 Wisata Budaya Sultra : Menyaksikan Keindahan Tradisi di Bumi Anoa

383
5 Wisata Budaya Sultra : Menyaksikan Keindahan Tradisi di Bumi Anoa
5 Wisata Budaya Sultra : Menyaksikan Keindahan Tradisi di Bumi Anoa

LENSATENGGARA.COMWisata Budaya Sultra – Sulawesi Tenggara, gerbang menuju pesona Timur Indonesia, bukan hanya menawarkan keindahan alam yang memesona, tetapi juga kekayaan budaya yang tak ternilai.

Ribuan budaya telah berkembang di wilayah ini sejak zaman dulu kala, menjadikannya surga bagi para pecinta wisata budaya.

Keunikan Wisata Budaya Sultra:

Budaya Sultra memiliki keunikan dan ciri khasnya sendiri, berbeda dengan budaya di wilayah lain di Indonesia. Perpaduan budaya suku-suku asli Sultra menghasilkan mozaik budaya yang berwarna-warni dan penuh pesona

Bagi pecinta budaya, Sulawesi Tenggara adalah tempat yang tepat untuk menjelajahi tradisi dan adat istiadat yang unik.

Berikut adalah beberapa destinasi wisata budaya yang wajib dikunjungi di Sulawesi Tenggara (Sultra):
  1. Wisata Tenun Buton
    Tenun Buton adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang paling ikonik. Dikenal dengan motifnya yang unik dan kaya akan makna, kain tenun ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Buton di Sulawesi Tenggara.

    5 Wisata Budaya Sultra : Menyaksikan Keindahan Tradisi di Bumi Anoa
    Kain Tenun Kamohu. (Foto : pariwisata.sultraprov.go.id)

    Seni menenun di Buton telah berkembang sejak berabad-abad lampau. Tenun Buton awalnya digunakan sebagai pakaian adat. Seiring waktu, tenun Buton menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Buton.

    Kerajinan tenun dari Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara biasanya menggambarkan obyek alam yang mereka temukan di sekitarnya. Tenun Buton juga kaya akan warna-warna. Inilah yang menjadi kekhasan kerajinan tenun dari Buton.

    Tenun-Buton oleh masyarakat Buton, kerajinan tenun ini dianggap mampu menjadi perekat sosial bagi masyarakat Buton, sebab tenun Buton adalah sumber pengetahuan orang-orang Buton memahami lingkungan alamnya.

  2. Upacara Adat Posuo
    Posuo di masyarakat Jawa disebut pingitan. Dalam tatanan masyarakat Buton.

    Posuo diartikan sebagai suatu prosesi upacara peralihan status individu wanita dari gadis remaja dalam bahasa Buton, labuabua ke status gadis dewasa kalambe.

    5 Wisata Budaya Sultra : Menyaksikan Keindahan Tradisi di Bumi Anoa
    Upacara Adat Posuo. (Foto : wikipedia.org)

    Tradisi Posuo di masyarakat Buton dan Pingitan di masyarakat Jawa memiliki beberapa kesamaan.

    Kedua tradisi ini memiliki makna dan tujuan yang sama, yaitu sebagai ritual penyucian diri dan persiapan bagi para gadis yang akan memasuki usia dewasa. Dalam tradisi Posuo, gadis yang dipingit disebut “kalambe”, sedangkan dalam tradisi Pingitan disebut “perawan”.

  3. Upacara Adat Kabuenga
    Upacara Adat Kabuenga adalah sebuah ritual penobatan raja di Kesultanan Buton, Sulawesi Tenggara. Upacara ini merupakan tradisi turun-temurun yang masih dilestarikan hingga saat ini.

    5 Wisata Budaya Sultra : Menyaksikan Keindahan Tradisi di Bumi Anoa
    Upacara Adat Kabuenga. (Foto : Kompasiana)

    Tradisi Kabuenga bermula pada legenda La Lili Alamu, putra mahkota kerajaan Kambode di Pulau Kapota, yang melatar belakangi tradisi masyarakat di kepulauan Wakatobi ini. Sebagai pria yang telah beranjak dewasa, La Lili Alamu merasa bahwa telah tiba waktunya bagi seorang wanita untuk bersanding dengannya. Niat ini pun di sampaikan kepada ayahnya, Raja Kambode.

    Di hadapan ayahnya, La Lili Alamu menyebut Wa Siogena, nama seorang wanita yang datang dari kalangan rakyat jelata. Bayangan Wa Siogena selalu ada di dalam pikiran, bahkan hadir dalam mimpi-mimpi sang putra raja ini. Mengetahui bahwa yang ingin dipinang anaknya adalah seorang wanita dari kalangan rakyat jelata, memuncak lah kemarahan sang Raja, tentu saja ayah La Lili Alamu menolak mentah-mentah rencana ini.

    Kekecewaan yang begitu mendalam meliputi hati La Lili Alamu. Timbullah keinginan nya untuk merantau ke tempat-tempat yang jauh. Sang ibu merestui, sang ayah pun merelakan nya dengan harapan putra nya akan melupakan pujaan hati nya, Wa Siogena.

    Tahun demi tahun telah berlalu, berbagai tempat pun telah di singgahi oleh La Lili Alamu, banyak sudah wanita yang dikenalnya namun Wa Siogena tetap tersimpan dalam ingatan dan sanubarinya.

    Sepulangnya La Lili Alamu dari tanah rantau, Raja Kambode mengadakan sayembara untuk mencari pasangan hidup bagi anaknya. Dikumpulkanlah wanita-wanita bangsawan dari penjuru negeri. Raja Kambode pun bertitah , “Putraku akan memilih Sarung Leja buatan tangan kalian yang semuanya akan dikumpulkan di sebuah ayunan kain. Wanita yang memintal Sarung Leja yang terpilih oleh anakku, maka dialah yang akan menjadi istrinya. (wikipedia.org)

  4. Upacara Adat Karia
    Upacara adat Karia’a merupakan sebuah tradisi unik yang dipraktikkan oleh masyarakat Buton di Sulawesi Tenggara. Upacara ini sering disamakan dengan perayaan sunatan, namun memiliki makna dan keunikan tersendiri.

    5 Wisata Budaya Sultra : Menyaksikan Keindahan Tradisi di Bumi Anoa
    Upacara Adat Karia. (Foto : wikipedia.org)

    Usia Peserta dan Lokasi Upacara:
    Upacara Karia’a biasanya dilakukan untuk anak-anak yang umumnya telah disunat sejak usia lima tahun. Upacara ini umumnya diadakan di lapangan terbuka.

  5. Adat Karia di Kabupaten Muna
    Tradisi “Karia” bagi masyarakat Muna bukan sekadar ritual adat biasa. Tradisi ini merupakan gerbang menuju kedewasaan bagi para kalambe (gadis) Muna. Maknanya yang mendalam menjadikannya filterisasi penting di tengah gesekan perilaku akibat modernisasi.

    5 Wisata Budaya Sultra : Menyaksikan Keindahan Tradisi di Bumi Anoa
    Adat Karia di Kabupaten Muna. (Foto : news.okezone.com)

    Upacara Adat Karia merupakan tradisi unik yang dipraktikkan oleh masyarakat Muna di Sulawesi Tenggara. Ritual ini melambangkan penyucian diri dan doa untuk kesuburan bagi para gadis yang akan memasuki usia dewasa.

    Sejarah dan Makna Upacara Adat Karia:
    Akar tradisi Karia tertanam dalam budaya leluhur masyarakat Muna dan telah berlangsung selama berabad-abad.

BACA JUGA :  Mencicipi Kekayaan Kuliner Sulawesi Tenggara: 7 Makanan Khas yang Wajib Dicoba