LENSATENGGARA.COM, KOLAKA – Pasangan calon gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Andi Sumangerukka dan Hugua (ASR-Hugua), mengajukan pertanyaan terkait perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam debat kedua Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sultra yang digelar di Kabupaten Kolaka, Jumat malam (1/11/2024). Pertanyaan ini ditujukan kepada pasangan calon Tina Nur Alam dan La Ode Muhammad Ihsan (Tina-Ihsan) dalam sesi tanya jawab yang berfokus pada infrastruktur telekomunikasi dan perkembangan teknologi.
Hugua memulai dengan mengangkat peran AI di era 4.0 yang ia sebut sebagai keniscayaan, namun dengan dampak positif dan negatif. Hugua menyoroti bahwa meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas, ada risiko berkurangnya lapangan pekerjaan akibat otomatisasi.
“Sekarang AI adalah keniscyaan di era 4.0 tetapi terkadang orang kehadiran AI mengefisienkan mengefektifkan produk tetapi dibalik itu juga ini bisa menjadi malapetaka karena banyaknya lapangan kerja yang diisi oleh AI. Menurut anda apa pemahaman anda tentang 4.0 dan bagaimana strategi anda untuk memastikan bahwa AI jadi berkah buat sulawesi tenggara.” tanya Hugua kepada Tina-Ihsan.
Menanggapi pertanyaan ini, Ihsan mengungkapkan pandangannya bahwa pertanyaan Hugua menunjukkan kekhawatiran yang tidak relevan dalam menghadapi masa depan. Ihsan mengajak untuk tidak berfokus pada kecemasan terkait perkembangan teknologi.
“Tolong jangan mempertanyakan soal kecemasan, pak. Karena Saya tidak akan jawab soal itu. Hal itu menggambarkan bahwa penglihatan masa depan bapak itu dibatasi oleh keraguan bapak dalam menghadapi gerakan menuju masa depan,” jawab Ihsan.
Hugua tidak puas dengan jawaban tersebut dan kembali mengingatkan bahwa topik pertanyaannya sesuai dengan tema debat yang menyoroti infrastruktur telekomunikasi dan transformasi digital. Ia kembali meminta Tina-Ihsan menjelaskan strategi mereka untuk memanfaatkan AI secara positif di Sulawesi Tenggara.
“AI ini sebuah keniscayaan dan ini gen Z pasti didigitalisasi dan main di AI (Teknologi). Lalu bagaimana strategi anda untuk memastikan bahwa AI ini menjadi berkah, menurut saya ini bisa menjadi berkah tetapi pertanyaan tadi lain gatal lain digaruk, tolong dijelaskan dong.” ujar Hugua.
Namun, Ihsan tetap pada pendiriannya, menyebut bahwa pertanyaan tersebut menyoroti kecemasan yang tidak diperlukan. Ia menekankan bahwa sebagai generasi milenial, ia memahami perkembangan AI dan mengajak Hugua untuk tidak meragukan masa depan.
“Pak hugua yang saya hormati, saya ini generasi milineal dan paling paham soal itu, tetapi sekali dari pertanyaan bapak bahwa bapak meluncurkan pertanyaan soal kecemasan kedepan, jadi sekali lagi saya ulangi supaya pak hugua mendengarkan baik baik, supaya pak hugua ini merasa tercerdaskan, saya ingin menyampaikan bahwa tolong jangan mempertanyakan soal kecemasan karena itu menunjukkan bahwa penglihatan bapak soal masa depan itu dibatasi oleh keterbatasan keraguan bapak sendiri dalam melihat pergerakan masa depan.” tegas Ihsan. (*)