LENSATENGGARA.COM, KENDARI – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) terkait rencana investasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada Senin (18/11/2024).
Kegiatan ini berlangsung di Ruang Pola Kantor Gubernur Sultra dan dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sultra, Asrun Lio, Rakor ini dihadiri oleh delegasi Federasi Rusia serta sejumlah pejabat daerah.
Delegasi Federasi Rusia dipimpin oleh Duta Besar Rusia, Mr. Sergei Gennadievich Tolcenov, didampingi Mr. Alexander Masaltsev (Perwakilan Perdagangan Rusia) dan Anna Belokoneva (Perwakilan Rosatom). Selain itu, hadir pula:
- Dr. Ir. Musri Ma’waleda, M.T. (Anggota Dewan Energi Nasional).
- Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemprov Sultra.
- Perwakilan kabupaten, perguruan tinggi, dan UPTD PLN Persero Kendari.
Dalam sambutannya, Sekda Sultra menyoroti kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki provinsi tersebut, seperti nikel, emas, dan aspal. Potensi ini diarahkan pada hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan mendukung pembangunan industri berbasis nikel.
“Hilirisasi membutuhkan energi besar. Saat ini, pasokan energi di Sultra masih didominasi batu bara (76%), minyak bumi (19%), dan gas bumi, sementara energi terbarukan hanya 5%. Dengan kebutuhan listrik industri pertambangan yang diproyeksikan mencapai 4,02 MW, pembangunan PLTN akan menjadi solusi penyediaan energi bersih, stabil, dan efisien,” jelas Asrun Lio.
Duta Besar Rusia, Mr. Sergei Gennadievich Tolcenov, menyampaikan apresiasinya atas Rakor ini. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan kerja sama bilateral Indonesia-Rusia yang telah berlangsung selama lebih dari 70 tahun.
Dalam pertemuannya dengan Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, di Moskow pada Juli 2024, telah dibahas pengembangan kerja sama energi nuklir, termasuk transfer teknologi dan pendidikan. Pemerintah Rusia juga menawarkan program beasiswa bagi mahasiswa Indonesia, khususnya dari Sultra, untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang energi nuklir.
Anna Belokoneva dari Rosatom menjelaskan, perusahaan tersebut telah membangun 33 reaktor nuklir skala besar di berbagai negara, seperti India, Cina, dan Bangladesh. Rosatom juga menawarkan teknologi reaktor kecil dengan kapasitas 55–110 MW yang telah teruji keamanannya, termasuk perlindungan dari risiko bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami.
Musri Ma’waleda, anggota Dewan Energi Nasional, menegaskan bahwa pengembangan energi nuklir sejalan dengan Kebijakan Energi Nasional terbaru, menggantikan PP No. 79 Tahun 2014. Energi nuklir diproyeksikan menjadi bagian dari bauran energi nasional untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060.
Rakor ini diakhiri dengan diskusi, sesi tanya jawab, dan penyerahan cendera mata dari Dewan Energi Nasional kepada Duta Besar Rusia. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk mewujudkan investasi PLTN, mendukung hilirisasi industri, dan meningkatkan ketahanan energi di Sulawesi Tenggara. (*)