LENSATENGGARA.COM, KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat angka inflasi yang cukup menggembirakan pada bulan November 2024. Inflasi bulanan Sultra tercatat sebesar 0,29%, lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 0,30%.
Data yang dirilis BPS, Senin (2/12/2024) menunjukkan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang deflasi terbesar dengan andil 0,27%. Beberapa komoditas seperti beras, ikan kembung, dan telur ayam ras turut menekan laju inflasi.
Sementara itu, secara tahunan, inflasi Sultra tercatat sebesar 1,05%, masih di bawah rata-rata inflasi nasional yang mencapai 1,55%. Posisi Sultra berada di peringkat ke-9 dari 38 provinsi di Indonesia, menunjukkan stabilitas harga yang cukup baik di tingkat regional.
Beberapa komoditas yang mendorong inflasi bulanan di Sultra antara lain tomat, ikan layang, dan bawang merah. Sedangkan, untuk inflasi tahunan, sigaret kretek mesin (SKM), emas perhiasan, dan ikan cakalang menjadi penyumbang utama.
Namun, sejumlah komoditas seperti angkutan udara, cabai rawit, dan beras berhasil menekan laju inflasi tahunan.
Penjabat Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto, mengapresiasi hasil yang dicapai dalam pengendalian inflasi. Ia menekankan pentingnya sinergitas antara pemerintah, pelaku pasar, dan masyarakat dalam menjaga stabilitas harga.
“Angka inflasi yang terkendali ini merupakan hasil kerja keras dari seluruh pihak yang terlibat, terutama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan stakeholder terkait. Kami akan terus memantau dinamika pasar dengan lebih intensif, serta memperkuat langkah-langkah inovatif agar dapat menjaga stabilitas harga dan ketersediaan komoditas untuk masyarakat,” ujar Andap.
Menurut Pj. Gubernur, pengendalian inflasi merupakan bagian penting dari upaya untuk mendukung perekonomian daerah yang stabil dan berkelanjutan. Sinergisitas dan kolaborasi yang baik akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi. (*)